Meski sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit, kegiatan membatik di Nusantara baru berkembang pesat pada abad ke-18.
Pesat-pesatnya sejak abad ke-18 atau tahun 1700-an bersamaan dengan impor kain katun dari India dan Inggris ke Hindia Belanda untuk memenuhi kebutuhan kain sekitar 1705, ujar Gilang.
Saat itu, batik motif Chintz asal India masuk ke Nusantara dan menjadi konsumsi kalangan atas Hindia Belanda.
Kain bermotif warna merah dan biru tersebut dibuat menggunakan teknik kalamkari atau menorehkan warna dengan pena kaligrafi pada kain yang telah dimordan.